KAJIAN POTENSI BENCANA GUNUNG KERINCI
Gunung Kerinci secara geografis berada pada posisi 1°41,5′ LS dan 101°16′ BT, dengan tinggi puncaknya 3.800m dpl. Sedangkan secara administratif terletak dalam dua provinsi dan dua kabupaten, yaitu : Provinsi Jambi, Kabupaten Kerinci dan Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Solok. Sebagian besar Gunung kerinci terletak di kecamatan kayu kabupaten Kerinci Jambi gunung ini merupakan gunung tertinggi di Sumatra dengan kawah type strato (masih aktif dan memiliki kawah seluas 400 x 120 meter dan berisi air berwarna hijau) masuk dalam Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) seluas 1.484.650 hektare yang terletak di empat provinsi, sebagian besar taman nasional terletak di wilayah Jambi, gunung berapi ini terhimpit diantara dua pegunungan di barat dan di timurnya, kerucut yang paling muda gundul dan kawah gunung ini terletak di timur laut sisa dinding kawah berapi (3655 – 3649 mdpl), TNKS sendiri merupakan bukit barisan yang memanjang dari utara ke selatan pulau Sumatra
Gunung Kerinci termasuk gunungapi yang masih aktif, dengan ketinggian 3.805 mdpl. Gunung ini menjadi gunung tertinggi di Indonesia di luar pegunungan Irian Jaya. Di sebelah Timur terdapat danau Bento, rawa berair jernih tertinggi di Sumatera. Di belakangnya terdapat Gunung Tujuh dengan kawah yang sangat indah yang hampir tak tersentuh. Di tengah taman terdapat celah lembah kota sungaipenuh, perkebunan kopi, dan danau Kerinci.
Hasil erupsi Gunung Kerinci banyak menghasilkan batuan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan bangunan, sebagai bahan material dasar untuk pembangunan gedung, jalan raya dan lainya. Selain itu dengan dipeliharanya hutan lindung Gunung Kerinci, merupakan tempat tersimpannya cadangan air tanah untuk irigasi, air minum di kota dan desa, serta beberapa mataair panas sebagai sumber mineral untuk kesehatan.Selain itu terdapat pula potensi panasbumi di Gunung Kerinci, yang sudah sampai ditahapan explorasi, namun belum dimanfaatkan baik untuk keperluan energi listrik, industri atau keperluan lainnya. Selama explorasi panas bumi telah dilakukan 3 buah pemboran explorasi (LP1, LP2 dan LP3) di daerah Lempur, Kecamatan Gunungraya Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi, dengan kedalaman pemboran : LP1 1020 m, LP2 650 m, dan LP1 dengan kedalaman 1026 m, pada ketinggian topografi 1360 m dpl. Pemboran explorasi LP1 dilakukan pada tahun 1983 dan pemboran explorasi LP 2 tahun 1988, LP 3 kira-kira 250 m dari LP2 pada posisi lebih tinggi, dengan kedalaman kira-kira 900 m, Pemboran LP 3 ini dilakukan pada tahun 2000, untuk lebih jelasnya dapat menghubungi website Direktorat Iinventarisasi Sumberdaya Mineral, Sub Direktorat Panasbumi,
II. PROSES PEMBUATAN PROFIL GUNUNG KERINCI
Untuk pembuatan profil gunung kerinci dibutuhkan beberapa data diantarnya: data ketinggian gunung dan jarak antara titik pengambilan sample ketinggian. Data tersebut dapat di peroleh dari google earth. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :
a. Menarik garis untuk dibuat profilnya
b. Melakukan ploting titik ketinggian
c. Megolah data ketinggian
Titik
|
Ketinggian
|
Jarak
|
1
|
2393
|
500
|
2
|
2607
|
1000
|
3
|
3206
|
1500
|
4
|
3378
|
2000
|
5
|
3611
|
2500
|
6
|
3614
|
3000
|
7
|
3435
|
3500
|
8
|
3070
|
4000
|
9
|
2861
|
4500
|
10
|
2650
|
5000
|
11
|
2096
|
5500
|
12
|
1919
|
6000
|
13
|
1713
|
6500
|
14
|
1708
|
7000
|
15
|
1631
|
7500
|
d. Membuat Profil
Gambar profil Gunung Kerinci
III. ANALISIS POTENSI BENCANA
Gunung Kerinci terletak di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi dan Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Kota yang terdekat adalah Sungai Penuh dan Solok. Gunung Kerinci yang tinggi dan luas, mempunyai daerah pemukiman yang berada jauh di luar kawasan rawan bencana.. Gunung Kerinci meletus pertama kali tahun 1838 di kawah pusat. Pada tahun 1999 (Juni-Juli) dan 2002 (Agustus) terjadi letusan abu tipis di sekitar puncak. Peta daerah bahaya Gunung Kerinci dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Daerah Bahaya I. Daerah ini kemungkinan dapat terlanda langsung oleh material letusan seperti awan panas, leleran lava, jatuhan batu pijar dan hujan abu lebat. Daerah yang masuk wilayah ini kebetulan tidak ada perkampungan yang mencakup seluas kira-kira 165,7 km2. Daerah bahaya lontaran dengan radius 5 km dari kawah, daerah ini akan terpengaruh langsung oleh hujan batu pijar dan hujan abu lebat.
b. Daerah Bahaya II. Adalah daerah di sepanjang lembah sungai yang berhulu dari puncak, daerah ini yang dapat terlanda oleh aliran lahar bila hujan setelah letusan atau setelah banyak endapan material vulkanik di sekitar gunungapi. Sungai-sungai yang termasuk wilayah ini adalah Sungai Air Putih, ke arah utara, Sungai Lambai, Sungai Balangir dan Sungai Timbulun ke barat laut, Sungai Siulakderas Kanan, Sungai Kumbang, Sungai Kering dan Kerisih Tua alirannya menuju selatan dan tenggara.
Karakteristik letusan gunung Kerinci dicirikan oleh letusan dengan material letusan berupa abu vulkanik yang dapat mencapai radius 8 km dari pusat letusan yang bergantung dari arah angin. Sejak kejadian letusan awal April 2009, abu letusan dengan tinggi asap letusan 600 m, terbawa angin mencapai wilayah Tankil dan Pelompek Timur yang berjarak ± 5 Km dari PuncakAdanya penumpukan material lepas (Abu, Lapili, Bom Vulkanik) hasil letusan Gunung Kerinci disekitar lereng yang daerahnya dilalui aliran sungai dapat berpotensi terhadap ancaman bahaya sekunder yaitu berupa banjir lahar. Hal ini dapat Sebagaimana umumnya di daerah gunungapi yang sangat subur, banyak penduduk yang bermukim di daerah itu. Namun Gunung Kerinci yang tinggi dan luas, mempunyai daerah pemukiman yang berada jauh di luar kawasan rawan bencana. Hanya satu desa yang berada pada kawasan rawan bencana yaitu desa Sungai Rumpun terletak di pingir sungai Kering, dengan jumlah penduduk kurang dari seribu jiwa, kira kira berjumlah 600 jiwa (data tahun 1990). Sedangkan perkampungan lain umumnya terletak pada daerah punggungan yang berjarak lebih dari 6 km dari pusat erupsi dan relatif aman terhadap bahaya aliran, hanya terjangkau oleh jatuhan piroklastik yang diperkirakan berjarak 8 km dari pusat erupsi terjadi apabila hujan lebat turun disekitar puncak.
Gambar jarak permukiman dengan pusat erupsi
Arah hasil erupsi Gunung Kerinci lebih mengarah ke timur dan timur laut daerah yang sering terdampak adanya letusan Gunung Kerinci adalah Kecamatan Gunung Tujuh, dan balik gunung, kabupaten Kerinci dan arah timur laut diblik gunung yang ada di wilayah Sumatera Barat. Daerah bahaya letusan memang di Kecamatan Gunung Tujuh dan balik gunung, namun di Kayu Aro bisa terkena sebaran abu karena di pengaruhi arah angin.
IV. MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Setiap Gunungapi memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan Gunungapi tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan Gunungapi memiliki resiko merusak dan mematikan.Bahaya Letusan Gunungapi di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya yaitu Bahaya Utama (Primer) dan Bahaya Ikutan (Sekunder).
A. Bahaya Utama (Primer) :
Awan Panas, merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat tinggi, antara 300 – 700º Celcius, kecepatan lumpurnyapun sangat tinggi, > 70 km/jam (tergantung kemiringan lereng).
Lontaran Material (pijar) terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung, beberapa gunungapi yang memiliki kawah biasanya diawali dengan letusan uap air (freatik) terlebih dahulu sebelum letusan utama. Jauh lontarannya sangat tergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi (>200ºC), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga disebut sebagai “bom vulkanik”.
Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan Gunungapi sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh-tumbuhan dan mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin pesawat.
Lava, merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan bersuhu tinggi, antara 700 – 1.200ºC. Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batu.
Gas Racun, muncul tidak selalu didahului oleh letusan Gunungapi sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah Gunungapi. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap menyebabkan kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah Gunungapi Tangkuban Perahu, Gunungapi Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunungapi Papandayan.
B. Bahaya Ikutan (Sekunder) :
Bahaya ikutan letusan gunungapi adalah bahaya yang terjadi setelah proses letusan berlangsung. Bila suatu gunungapi meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar dingin.
Kesiapsiagaan Menghadapi Letusan Gunungapi :
1. Mengenali daerah setempat dalam menentukan jalur evakuasi sekaligus tempat yang aman untuk titik kumpul, titik evakuasi dan pengungsian
2. Membuat perencanaan penanganan bencana.
3. Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
4. Mempersiapkan kebutuhan dasar
Jika Terjadi Letusan Gunungapi :
1. Hindari Kawasan Rawan Bencana III, II dan I (KRB III, II, I) biasanya dari kawah KRB III berada 2,5 km, KRB II berada 5 km dan KRB I berada 10 km juga seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
2. Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
3. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
4. Jangan memakai lensa kontak.
5. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
6. Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
Setelah Terjadi Letusan Gunungapi :
1. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
2. Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan. Biasanya atap dibuat lebih curam dengan kemiringan lebih dari 45 derajat.
3. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin
Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
1. Pemantauan, aktivitas Gunungapi dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat
2. Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh PVMBG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan data, membentuk Tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
3. Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.
4. Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
5. Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Kab/Kota serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemkab/Pemkot dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
V. REKOMENDASI
Dengan adanya bahaya bencana meletusnya Gunung Kerinci yang dapat terjadi disetiap saat maka kami merekomendasikan beberapa hal yaitu :
a. Masyarakat di sekitar Gunung Kerinci dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah yang ada di puncak Gunung Kerinci dalam radius 1 km dari kawah aktif pada saat level-level tertentu.
b. Jika terjadi hujan abu cukup besar/tebal, masyarakat agar menggunakan masker penutup hidung dan mulut karena abu vulkanik yang terhirup dapat menggangu saluran pernapasan.
c. Masyarakat yang ada di sekitar Gunung Kerinci diharapkan tenang tidak terpancing isyu-isyu tentang letusan Gunung Kerinci. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologimelalui Pos Pengamatan Gunung Kerinci selalu berkoordinasi dengan pemerintah Provinsi Jambi dan pemerintah Sumatera Barat selaku SATKORLAK PB dan pemerintah Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Solok (Selaku STLAK PB) tentang aktivitas Gunung Kerinci. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB.
VI. KESIMPULAN
Gunung Kerinci merupakan gunung api yang masih aktiv, hal ini perlu dilakukan upaya mitigasi bencana agar jika terjadi letusan tidak mengakibatkan banyak korban. Berdasarkan riwayat letusan gunung Kerinci tidak banyak menimbulkan korban hal ini dikarenakan permukiman penduduk jauh dari pusat erupasi Gunung Kerinci. Namun, walaupun demikian tetap diperlukan kewaspadaan bagi para penduduk disekitar Gunung Kerinci utamanya lokasi-lokasi yang pernah terkena dampak letusan Gunung Kerinci
http://gemparbumi.blogspot.co.id/2012/10/data-vulkanologi-gunung-kerinci.html
Catatan Geografi
0 komentar:
Posting Komentar